Masjid Cut Meutia

Tempat-tempat Unik di Cut Meutia|Sofyan Hotel

Salah satunya adalah Masjid Cut Meutia salah satu Masjid menarik yang berada di area Jakarta. Karena bangunan tersebut adalah peninggalan sejarah dari zaman penjajahan kolonial Belanda. Bentuk bangunan Masjid Cut Meutia tidak memiliki kubah, menara atau juga plang nama besar yang biasa menjadi karakteristik masjid.

Gedung De Bouwpleg yang sekarang menjadi Masjid Cut Meutia didirikan pada tahun 1910 oleh Pieter Adriaan Jacobus Moojen (tahun 1918 pendirinya kembali ke Belanda). Kemudian pada tahun 1915 bangunan ini menjadi Gedung NV De Bouwpleg ialah gedung bertingkat satu yang ada di wilayah Menteng yang merupakan kantornya semua arsitek Belanda yang pada masa-masa tersebut untuk membangun kawasan menteng dan sekitarnya.

 

Gedung ini pada tahun 1942 pernah dijadikan Markas Besar Angkatan Laut, Jepang pada Perang Dunia ke II. Pada tahun 1959 hingga 1960 gedung itu dijadikan kantor Wali kota Jakarta Pusat, selanjutnya secara berturut dijadikan kantor PAM, kantor dinas Urusan Perumahan Jakarta dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada jaman kepemimpinan Abdul Haris Nasution.

Kemudian pada tahun 1987 dengan SK gubernur no. 5184/1987 tanggal 18 Agustus, gedung ini menjadi masjid tingkat provinsi. Masjid ini buka sekitar 24 jam pada bulan Ramadan, dan pengelola masjid pun menggelar pesta rakyat musik Ramadan Jazz setiap tahunnya sebagai usaha dakwah kreatif. Nama Cut Meutia diambil dari nama jalan yang ada di sekitar masjid tersebut.

 

Berburu Barang Belanjaan di Pasar dadakan halaman Masjid Cut Meutia Jakarta Pusat

Sewaktu-waktu memang sering ada pasar dadakan di sekitar Halaman Masjid Cut Meutia sesaat setelah dilaksanakan shalat jumat ( pagi hari sudah banyak pedagang yang menggelar lapak dagangannya. Keberadaan pasar dadakan ini tentu mengundang kepenasaran orang hingga kontan saja semua Jemaah langsung berhamburan memadati pasar dadakan ini.

Banyak sekali jenis dagangan yang dijajakan oleh pedagang-pedagang di sini misalnya dari mulai sandal dan sepatu, pakaian muslimah, bajukoko, dan masih banyak lagi yang lainnya. Adanya pasar dadakan di halaman Masjid Cut Meutia ini sangat menarik karena merupakan fenomena mingguan. Dari pantauan kami, Pasar dadakan Halaman Masjid Cut Meutia ini telah ada sejak beberapa tahun lalu dan ramai setiap hari Jum’at.

Tapi namanya musim jualan, waktu paling ramai selain hariJuma tadalah ketika hari-hari besar berlangsung misalnya ketika menjelang hari raya idulfitri dan setelahnya. Atau ketika mendekati hari libur lainnya. Pasar dadakan di sekitar Halaman Masjid Cut Meutia ini musiman, tapi hari libur lain pun selalu ada saja yang jualan di sini dan jumlah pedagangnya juga bertambah banyak. Di waktu-waktu biasa, pasar dadakan ini akan dimulai setelah pelaksanaan shalat jumat hingga waktu ketika akan memasuki adzan ashar.

 

Tempat tempat yang bisa di kunjungi dekat dengan jalan Cut Meutia adalah :

 

1. Monumen Nasional

Monumen Nasional, atau tidak jarang disebut dengan Monas, dimulai untuk umum semenjak 12 Juli 1975. Objek wisata sejarah yang satu ini beroperasi mulai pukul 08.00 – 15.00 masing-masing hari, kecuali Hari Senin terakhir pada masing-masing bulannya. Monas ialah monumen setinggi 132 meter yang menjadi simbol kejayaan Negara Indonesia. Presiden kesatu Indonesia, Ir. Soekarno, memelopori pembangunannya pada tahun 1961. Lokasinya berada tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, di seberang Istana Negara, Jakarta Pusat.

Monas bisa di capai dengan moda transportasi KRL turun di Stasiun Juanda atau stasiun Gondangdia. Sedangkan yang menggunakan Transjakarta, pastikan bus yang kita naikki melewati halte Central Harmony sebab jalur tersebut tentu akan berhenti sejenak di Halte Monas.

Monas terbagi atas sejumlah area, yakni halaman depan, bagian unsur dalam, dan puncak monumen. Halaman depannya berhiaskan relief-relief sejarah Indonesia. Di unsur bagian dalam ada Museum Sejarah Indonesia, berisikan diorama mengenai perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Kemudian ada terdapat Ruang Kemerdekaan, yakni ruangan berbentuk amphitheatre yang dihiasi lambang Garuda Pancasila berlapis emas dan naskah pribumi Teks Proklamasi pada dindingnya.

Area terakhir ialah pelataran puncak yang paling digemari pengunjung. Saat sedang berada di atas, Kerabat bisa menyaksikan pemandangan luasnya Kota Jakarta. Di sini pun ada Api Kemerdekaan, yaitu nyala obor yang tercipta dari perunggu berlapis emas setinggi 14 meter. Konon bila disaksikan dari kantor presiden, lidah api ini tampak serupa seorang perempuan sedang duduk bersimpuh.

 

2. Taman Situ Lembang

Jika sedang terdapat di area Menteng, Anda dapat melepas lelah sejenak di Taman Situ Lembang. Karena terletak di wilayah elite, tidak terdapat angkutan umum yang mengarah ke ke sini. Taman ini melulu bisa diakses dengan kendaraan pribadi. Atau memakai KRL dengan turun di Stasiun Cikini, jalan kaki dengan jarak + 1 kilometer.

Taman Situ Lembang terbuka setiap hari dan tidak dikenakan tarif khusus guna memasukinya. Taman Situ Lembang cocok untuk bersantai di tengah panasnya udara Kota Jakarta. Daya tarik utamanya terletak pada telaga alami yang lumayan luas dengan air mancur di tengahnya.

 

3. Taman Suropati

Menteng laksana oase di tengah gurun Jakarta. Di area tersebut ada dua taman kota. Di samping Situ Lembang, taman kota di wilayah Menteng ialah Taman Suropati. Salah satu taman tertua di Jakarta ini terletak salah satu Jl. Diponegoro, Jl. Imam Bonjol, dan Jl. Teuku Umar. Seperti halnya Taman Situ Lembang, Stasiun KRL terdekat ialah Cikini. Setelah turun di stasiun tersebut, Anda bisa berjalan kaki melalui pasar barang bekas Jl. Surabaya. +500 m dari situ barulah kerabat bisa menemukan Taman Suropati. Meski aksesnya tidak mudah, Taman Suropati ramai dikunjungi orang, khususnya pada malam hari. Di hari-hari tertentu pengunjung dapat menikmati hiburan dari komunitas musik Taman
Suropati tanpa diambil biaya.

 

4. Taman Menteng

Dulunya ialah bangunan stadion yang disulap menjadi tempat refreshing guna warga Jakarta. Taman Menteng dengan luas 30 ha dan dipenuhi oleh 30 spesies tanaman yang berbeda.

Tidak seperti lokasi lainnya, Taman Menteng malah semakin ramai pada malam hari. Warga Jakarta biasa memanfaatkannya guna nongkrong sambil bersenda gurau bersama keluarga. Lapangan futsal dan jogging track pun tersedia guna mereka yang gemar berolahraga.

Taman Menteng buka setiap hari dan bebas ongkos masuk. Lokasinya mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi, ambil arah ke Jl. HOS Cokroaminoto, Jakarta Pusat, untuk mengarah ke lokasi. Dan yang menggunakan busway kerabat ambil jurusan Lebak Bulus dan turun di Halte Taman Menteng Jakarta.

 

5. Taman Ismail Marzuki

Taman Ismail Marzuki bertolak belakang dengan taman pada umumnya. Di sini kita tidak akan melihat tempat nongkrong di bawah pohon rindang, melainkan sejumlah wahana seni dan pendidikan. Nama taman yang satu ini diambil dari nama seorang komposer Indonesia. Dan cocok dengan namanya, Taman Ismail Marzuki adalah pusat kesenian dan edukasi.

Di dalamnya ada gedung peragaan musik dan teater (Teater Besar dan Teater Kecil), galeri seni (Galeri Bhakti Budaya, Galeri Cipta II, dan III), perpustakaan, bioskop XXI, Gedung Wayang Orang Bharata, Gedung Kesenian Jakarta, Gedung Kesenian Miss Tjitjih, dan wahana Planetarium yang sangat digemari. Setiap wahana mempunyai waktu operasinya sendiri-sendiri. Sebagian besar buka pada hari Senin-Jumat pukul 07.30 sampai 16.00, kecuali jika ada pertunjukan. Untuk menuju TIM, kerabat arahkan tujuan kerabat menuju area Cikini Raya. Jika memakai angkutan umum, pilihan ada Metromini 17 jurusan Pasar Senen, Kopaja 20 Senen dan 502 jurusan Tanah Abang.

 

6. Taman Lapangan Banteng

Di area Pasar Baru, terdapat satu lokasi yang cocok untuk kerabat yang ingin menghindari terik panas di Kota Jakarta. Tempat tersebut ialah Lapangan Banteng. Untuk tujuan ke sana kerabat dapat memilih bus Transjakarta ke arah Harmony, selanjutnya turun di Halte Deplu atau Halte Istiqlal. Lokasi ini dulunya ialah sebuah lapangan untuk kerbau berkubang. Oleh sebab itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda William Daendels menyebutnya sebagai Lapangan Banteng.

 

7. Museum Joang ’45

Museum Joang ’45 Jakarta adalah gedung tua bersejarah terawat dengan baik yang mempunyai nama Gedung Joang ’45 yang lokasinya berada di Jl. Menteng Raya 31, Jakarta, berjarak 100 m dari Patung Pak Tani yang mengarah ke jalan Jl. Cikini Raya, di sebelah kiri jalan. Selama pendudukan Jepang, gedung ini dipakai Ganseikanbu Sendenbu (Departemen Propaganda) dan namanya menjadi Gedung Menteng 31. Sejak 1942 dipakai sebagai tempat menyerahkan program edukasi politik untuk para pemuda Indonesia yaitu Soekarno, Hatta, Moh. Yamin, Sunaryo, dan Achmad Subarjo. Mereka yang mendapat pendidikan politik diantaranya ialah Sukarni, Adam Malik, Chaerul Saleh, A.M. Hanafi dan sejumlah lagi lainnya yang lantas dikenal sebagai Pemoeda Menteng 31.

Ads :

Sofyan Hotel Cut Meutia, Hotel Halal dengan konsep halal, fitrah, kinship, di Kota DKI Jakarta

Tersedia 4 Jenis Kamar Yang Variatif Untuk Anda

Tersedia berbagai paket dan promo

Hubungi :

CS Sofyan Hotel Cut Meutia
Jalan Cut Meutia No.9, Menteng,
Jakarta, Indonesia, 10330

Phone/WhatsApp : +62 8119121256

Fax : +62 21 3902747

 

 

#halal
#halaltourism
#muslimfriendly
#mesjidcutmeutia
#hotelcikini
#cikini
#mesjidistiqlal
#stasiungambir
#stasiungondangdia
#gambir
#monas
#tim
#pasartanahabang
#tanahabang
#KeretaBandarasoekarnohatta

 

 

Baca Juga :  Wisma Murah di Jakarta
You must be logged in to post a comment.
Online Booking
Property Name:
Check-in:  
Check-out:  
Adult:
Child:
Rooms:
Promo Code:
Menu
Open chat
Assalamualaikum, Sobat Sofyan